Sabtu, 04 Juni 2016

Ali vs Tyson, What If?

Ilustrasi

Selama bertahun-tahun terjadi perdebatan di dunia tinju tentang siapa yang lebih baik seandainya Muhammad Ali dan Mike Tyson bertarung di atas ring ketika masih sama-sama berada di puncak karir. Sayangnya hal tersebut hanya angan-angan dan takkan pernah terjadi. Ali dan Tyson merajai dunia tinju kelas berat di era yang berbeda. Ali lahir pada tahun 1942, sementara Tyson 1966. Tapi tak ada salahnya berandai-andai membayangkan kedua petinju bertemu di atas ring ketika masih sama-sama menjadi juara dunia. Saya akan coba mengulasnya dari data-data yang berhasil saya kumpulkan.

Pertama, dari fisik. Tinggi Ali yang mencapai 191 cm jelas lebih unggul dibanding Tyson yang hanya 178 cm. Jangkauan si Mulut Besar-julukan Ali-juga lebih panjang, mencapai 198 cm. Sedangkan Iron Mike hanya 180 cm. Apakah ini menguntungkan Ali? Bisa iya, bisa juga tidak. Sepanjang karirnya, Mike Tyson beberapa kali menghadapi petinju yang jauh lebih tinggi dan besar darinya. Di antaranya Trevor Berbick (188 cm), Frank Bruno (191 cm), Tyrell Biggs (196 cm), Larry Holmes (191 cm), dan Michael Spinks (188 cm). Kelima petinju tersebut berakhir sama di tangan Tyson, semuanya kalah KO.

Tapi tunggu dulu. Muhammad Ali adalah petinju jenius. Ia tidak akan membiarkan si Leher Beton memukulnya begitu saja. Ali akan bermain cerdas. Ia akan berlari-lari, menghindari pukulan Tyson lalu sesekali melemparkan pukulan jab-nya dengan mengambil keuntungan dari jangkauannya yang lebih panjang. Dengan begitu ia akan menguras tenaga Tyson hingga membuatnya frustrasi. Perlu dicatat, dua kekalahan Tyson di masa jayanya terjadi di ronde-ronde akhir. Masing-masing dari James Douglas (ronde 10) dan Evander Holyfield (ronde 11). Sementara Ali adalah petinju yang terkenal pandai memainkan tempo. Ia bisa saja berlarian sepanjang ronde, lalu tiba-tiba meng-KO lawannya di ronde-ronde akhir setelah tenaga lawannya terkuras. Beberapa petinju besar yang menjadi korban Ali antara lain: Floyd Patterson (KO ronde 12), George Foreman (ronde 8), Joe Frazier (ronde 13), Oscar Bonavena (ronde 15), dan Chuck Wepner (ronde 15). Jadi, menurut analisa saya peluang keduanya 55-45 untuk Ali.

Kedua, tehnik bertinju. Ali dikenal dengan kecepatannya. Ia mendapat julukan "float like a butterfly, sting like a bee", menari seperti kupu-kupu, menyengat seperti lebah. Gerakan kakinya sangat lincah. Pukulannya begitu cepat dan tajam. Di puncak karirnya (1964-1967), Ali petinju yang sangat menghibur. Ia pernah berkata kalau ia bukan hanya tahu akan memenangkan pertandingan, namun ia sendiri yang menentukan di ronde keberapa akan menjatuhkan lawannya. Sementara Mike Tyson dikenal dengan pukulannya yang sangat keras. ESPN.com bahkan menobatkannya sebagai petinju dengan pukulan paling keras yang pernah ada. Itu dibuktikan dengan catatan impresifnya di atas ring. Dari 37 pertandingannya sebelum kalah oleh James Douglas, hampir semua lawan ia kalahkan dengan KO. Hanya empat petinju yang "selamat" dari pukulan super kerasnya. Di bagian ini Tyson unggul 60-40 dari Ali.

Berikutnya dilihat dari lawan-lawan yang dihadapi. Muhammad Ali mengalahkan semua juara dunia/petinju terbaik di eranya. Sonny Liston ia kalahkan dua kali. Joe Frazier (2), George Foreman (1), Ken Norton (2), Leon Spinks (1), Floyd Patterson (2). Sedangkan Tyson hanya berhasil mengalahkan Trevor Berbick, Frank Bruno, Michael Spinks, dan Bruce Sheldon. Dari keempat juara dunia tersebut, boleh dibilang hanya Michael Spinks yang punya rekor paling bagus sebelum bertemu Tyson. Tiga nama lainnya sudah lebih dulu mencium kekalahan minimal tiga kali. Ini bisa jadi juga ketika itu hampir tak ada petinju yang berani melawan si Leher Beton. Nama-nama seperti Holyfield, Riddick Bowe, Lennox Lewis baru muncul di pertengahan dekade 90-an. Namun tetap saja, lawan-lawan yang dihadapi Ali jauh lebih berkualitas dibanding lawan-lawan Tyson. Ali kembali unggul 2-1.

Keempat, rekor pertandingan. Sebelum kalah pertama kali pada tahun 1971 oleh Joe Frazier, Ali bertanding sebanyak 31 kali dengan 25 kemanangan KO. Sementara Tyson sebelum kalah pertama kali oleh James Douglas pada tahun 1990, ia bertanding sebanyak 37 kali dengan 33 di antaranya adalah kemenangan KO. Ketika pertama kali kalah, usia Ali 29 tahun, Tyson 24 tahun. Namun, patut dicatat, antara tahun 1967-1971, Muhammad Ali dilarang bertinju karena menolak terlibat dalam perang Vietnam. Ketika itu Ali sedang berada di puncak karir. Dan itu adalah empat tahun yang sangat berharga baginya. Bukan tidak mungkin seandainya ia tak mendapat skorsing, rekornya jauh lebih baik. Bisa dibilang di bagian ini keduanya imbang.

Lalu, jika keduanya memang bertemu, siapa yang akan memenangkan pertarungan? Data-data di atas pada akhirnya tetap tidak menjamin siapa yang lebih baik. Tinju bukanlah matematika di mana 1+1 sudah pasti 2. Ketika Ali merebut gelar juara dunia dari tangan Sonny Liston tahun 1964, tak ada yang menyangka itu bakal terjadi. Oleh para pengamat tinju, partai itu disebut sebagai "the biggest upset of the decade". Pada waktu Mike Tyson takluk dari James Douglas juga mungkin tak ada seorang pun yang bertaruh untuk kemenangan Douglas. Meski pertandingan itu sendiri sangat kontroversial.


Ali, Sugar Ray Leonard, dan Tyson di acara talkshow tahun 1989.

Ada salah satu cerita menarik dari mereka berdua ketika diundang di acara talkshow Arsenio Hall tahun 1989.
Sang pembawa acara bertanya kepada Ali, "Jika pria ini (maksudnya Tyson) menjadi lawan Anda, siapa yang akan menang?"
Ali yang ketika itu sudah menderita Parkinson dan kesulitan berbicara, menunjuk ke arah Tyson. Dengan bersusah payah ia menjawab, "Mungkin aku punya kecepatan. Tapi jika pria ini (ia menunjuk Tyson lagi) memukulku, aku akan langsung seperti ini (memperagakan terjungkal ke belakang dengan menyandar ke sofa)."
Tapi apa jawaban Tyson?
"Jika kita berbicara tentang dia, dengan menundukkan kepala, dengan lidah tulus, kita harus mengakui kalau dia adalah yang terbaik sepanjang masa (di dunia tinju)."

Dan memang, seandainya Muhammad Ali dikalahkan oleh Mike Tyson di atas ring, Ali tetap akan dikenang sebagai petinju terbaik yang pernah ada.



* untuk Muhammad Ali (17 Januari 1942-3 Juni 2016)