Selasa, 26 April 2016

Pentingnya Rendah Hati

"Kesombongan selalu mendahului kehancuran."

Pepatah lama itu memang benar adanya. Maka kerendah-hatian sangat penting. Di semua aspek kehidupan. Tak terkecuali di dunia tulis-menulis.

Sepanjang pagi hingga detik ini mata saya benar-benar dibuat terbuka lebar, kesadaran saya serasa ditampar, hingga hati merasa nanar.

"Kita ini nothing. Benar, kita cuma sebatas penulis Facebook. Belum jadi apa-apa," kata saya.

"No, you're my everything," balas Nawan. Saya tahu istri saya yang cantik itu sedang menghibur. Selang satu detik kemudian dia memeluk saya.

"Yes, absolutely. Tapi yang aku maksud di sini kita ini bukan siapa-siapa di dunia menulis. Mungkin kita terlalu nyaman di grup itu." Aku menyebut salah satu grup kepenulisan di mana kami belajar.

"Terlalu cepat puas, mungkin lebih tepatnya. Kita terlalu cepat puas dengan puja-puji teman-teman sendiri." Nawan menyatakan pendapatnya.

Memang benar. Selama ini kita terlalu jumawa, terlalu percaya diri akan pencapaian yang belum seberapa, namun sudah begitu keras menepuk dada. Kita terlalu pongah dan angkuh untuk mau membuka mata dan belajar. Kita juga terlalu mudah tersulut jika ada orang lain yang menghina kita, menyebut karya kita sampah. Padahal bisa jadi justru itu yang sebenarnya kita butuhkan. Bukan puja-puji semua yang pada akhirnya malah menjerumuskan kita ke dalam keangkuhan. Menjadi keras kepala, lalu tak mau lagi belajar dari orang lain yang lebih dulu berhasil. Menjadi batu.

Kata seorang teman, orang yang rendah hati akan selalu membuka hatinya untuk belajar. Ia akan mengosongkan dirinya agar siap menerima ilmu dari siapa pun. Itulah kenapa orang yang rendah hati akan lebih siap untuk melesat, untuk terbang, karena hatinya ringan. Berbeda dengan mereka yang hatinya angkuh, penuh beban. Maka terasa berat baginya untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi. Ia akan senantiasa berkutat di zona tersebut.

Padahal jika kita sukses, itu bukan karena kegigihan kita. Jika kita kaya, bukan karena kepandaian kita. Semua tak lebih hanya karena Allah semata. Maka, jangan sekali-kali menepuk dada, sebab kita sendiri yang merasakan sakitnya.

Satu lagi pepatah lama yang masih berlaku, "Semakin berisi, padi akan semakin menunduk."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar