Senin, 25 April 2016

Riyad Mahrez, From Zero To Hero

Riyad Mahrez berpose dengan trofi PFA Award.

Sekitar dua tahun lalu, tepatnya 11 januari 2014 ketika Riyad Mahrez menandatangani kontrak 3,5 tahun dengan Leicester City tak banyak media yang meliput. Transfer senilai 400.000 poundsterling dari Le Havre, klub divisi 2 Liga Perancis hanyalah transfer biasa dari ratusan ransaksi jual beli pemain di Eropa waktu itu.

Tapi lihat sekarang. Dua tahun setelah itu Mahrez didaulat menjadi pemain terbaik Liga Inggris versi asosiasi pemain sepak bola profesional di Inggris. Pemain Aljazair itu berhasil menyisihkan nama-nama besar yang lebih dulu mapan di liga yang disebut-sebut paling elite sejagat raya tersebut. Rasanya saya tak perlu menyebut satu per satu siapa saja deretan pemain bintang yang berlaga di Liga Premier Inggris. Di ajang PFA Award sendiri Mahrez berhasil mengungguli dua pemuncak top skorer sementara, Harry Kane dan Jamie Vardy yang notabene rekan setimnya sendiri.

Dengan prestasi tersebut, pemain kelahiran 21 Februari 1991 tersebut menjadi pemain Afrika pertama yang memenangi PFA Award. Sebelum Mahrez, beberapa nama besar yang pernah memenanginya antara lain Steven Gerrard, John Terry, Gareth Bale, Luiz Suarez, Robin van Persie, dan Eden Hazard. Mahrez juga menjadi pemain termurah yang memenangi PFA Award di era Premier League dalam kurun 25 tahun. Dengan banderol hanya 400.00 poundsterling, harga Mahrez jelas bukan apa-apa dibanding Eden Hazard yang memenangi PFA Award musim lalu yang mencapai 32 juta poundsterling. Luiz Suarez yang memenangi PFA Award tahun 2014 bernilai 22,8 juta poundsterling ketika dibeli Liverpool. Memang ada satu nama yang juga memenangi PFA Award (tahun 1993) dengan banderol sama seperti Mahrez yaitu Paul McGrath. Pemain Irlandia tersebut dibeli Aston Villa dari Manchester United tahun 1989. Tapi jika melihat kondisi ekonomi dan inflasi, nilai 400.00 tersebut jelas berbeda dengan sekarang.

Merangkak Dari Nol

Mungkin momen paling penting yang mengubah jalan hidup Riyad Mahrez terjadi ketika dia berusia 15 tahun. Sang ayah sekaligus pelatihnya meninggal dunia karena serangan jantung. "Aku tak tahu apakah aku berubah menjadi serius. Tapi setelah kematian ayahku, itu terjadi begitu saja pada diriku. Mungkin aku hanya ingin menjadi lebih baik," kata Mahrez.

Mahrez memulai karir juniornya dengan bergabung di klub AAS Sarcelles pada tahun 2004. Tahun 2009 dia bergabung dengan Quimper. Melakoni 22 laga dengan mencetak 2 gol di musim pertamanya. Karena penampilannya yang impresif, dua raksasa Perancis, PSG dan Marseille tertarik untuk merekrut Mahrez. Tapi sang pemain justru bergabung dengan klub antah-berantah dari divisi 2 Liga Perancis, Le Havre.

Mahrez menghabiskan tiga setengah tahun di Le Havre. Merangkak dari mulai bermain di tim Le Havre 2 hingga menjadi pemain inti di tim utama. Selama di tim utama tersebut, pemain bertinggi badan 179 cm itu bermain sebanyak 60 kali dan mencetak 6 gol di Ligue 2 (kompetisi kasta kedua di Perancis).

Lalu lompatan kuantum itu datang ketika Leicester City yang kala itu masih berlaga di divisi Championship (kompetisi nomor dua di Inggris) membeli Riyad Mahrez dengan mahar 400.000 poundsterling. Meski keluarga dan teman-temannya berpendapat kalau ia lebih cocok bermain di Liga Spanyol. Mahrez membuktikan kualitasnya. Mahrez berhasil membawa Leicester menjuarai kompetisi dan untuk pertama kalinya dalam satu dekade, The Foxes kembali ke Liga Premier.

Musim 2014/2015 adalah musim yang sangat sulit untuk Leicester. Hingga pekan ke-29, Mahrez cs masih berkutat di dasar klasemen dengan hanya mengumpulkan 19 poin. Namun di sembilan laga sisa, Leicester bangkit. Menuai tujuh kemenangan, sekali imbang, dan sekali kalah. The Foxes lolos dari lubang jarum. Berhasil mengakhiri kompetisi di posisi ke-14. Di musim penuh pertamanya, Mahrez bermain sebanyak 30 kali, mencetak empat gol dan tiga assist.

Pergantian pelatih dari Nigel Pearson ke tangan Claudio Ranieri awal musim 2015/2016 seolah membawa perubahan signifikan. Baik bagi Leicester maupun bagi Mahrez. Hingga pekan ke-35 Liga Premier, klub yang bermarkas di King Power Stadium tersebut masih memuncaki klasemen sementara dengan 76 poin. Unggul 8 poin atas rival terdekat mereka, Tottenham Hotspur. Hal ini tak bisa lepas dari penampilan impresif dan konsisten yang ditunjukkan Mahrez di atas lapangan. Dari 34 laga yang sudah dilakoninya musim ini, ia behasil mencetak 17 gol dan 11 assist. Jauh melampaui pencapaian musim lalu. Maka tak heran jika Mahrez dipilih para pemain profesional di Liga Inggris menjadi pemain terbaik.

Tapi pencapaian di atas baru akan sempurna jika Leicester City berhasil mengakhiri musim dengan menjadi kampiun.

Congrats, Mahrez!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar